スポンサーリンク

上記の広告は、30日以上更新がないブログに表示されています。
新たに記事を投稿することで、広告を消すことができます。  

Posted by だてBLOG運営事務局 at

SURABAYA DAN MAHASISWA JEPANG

2008年08月28日




【日本人学生が見たスラバヤ】私はインドネシアスラバヤ市にある国立アイルランガ大学日本学学科で日本語教師のアシスタントをしています。インドネシア教育機関の最前線から見ることができる、様々なことを伝えたいと思います。
《THE スラバヤ》インドネシアにいるとかなりの確率で声を掛けられる。そしておじさんにモテる。ベモ(ミニバス)に乗るたび、ドライバーのおじさんに週末デートをせがまれる。バスのルートから外れるにも関わらず、「気に入ったからうちまで送ってやるよ!」なんてことも。自由の国である。女の子はいろいろ気をつけるべし。そしてアチェとの絶対的違い。スラバヤはかなり都会である。車線はあるにはある。しかし、ドライバーたちはそれを完全に無視。これまた自由なのかなんなのか。大きい通りを渡るたび、日本国に守られて育ってきたことを実感する。その車の合間をぬって歩きまわる子供たちが多く見受けられる。信号待ちのベモに近づき、乗客にお金を求める。これは彼らの生きていく術なのだ。キャンパス内にも貧困が見受けられる。キャンパスで子供の手を引き、物乞いをする大人がいる。大学の教授から聞いたところ、彼らの中には本当の親子ではないあるという。どこかの家庭の親からレンタルされてきた子供であることも珍しくない。子供は小さければ小さいほどいい値段で「貸し出」される。彼らを見るたび、都会の中の貧困の厳しさを実感する。そして大学の整った学習環境の中で、教育の重要性について考えさせられる日々なのである。【サマサマ新聞、筆者:森本早紀】

    Saya bekerja sebagai Asisten Pengajar Bahasa Jepang di Departemen Sastra Jepang Universitas Airlangga yang berada di Surabaya. Saya dapat melihat berbagai macam keadaan institusi pendidikan Indonesia di garis terdepan yang akan saya sampaikan disini.
    (THE SURABAYA) Ketika berada di Indonesia, cukup besar kemungkinan untuk selalu disapa orang. Lalu, saya juga menjadi terkenal diantara paman-paman penyopir. Misalnya, ketika naik bemo (minibus), ada kalanya saya diundang untuk kencan di akhir minggu oleh para paman penyopir. Tidak hanya rute bus yang menyimpang, kadang-kadang ada penyopir yang mengatakan “karena saya suka kamu, boleh saya antar sampai rumah ya!” Duh, sungguh negeri yang bebas. Para wanita pun harus lebih banyak berhati-hati. Sama sekali berbeda dengan Aceh, Surabaya adalah kota yang sangat besar. Jalur kendaraan memang ada, namun para sopir sama sekali tidak menghiraukannya. Apakah ini juga salah satu ciri dari negara bebas, atau apa ya? Ketika saya menyeberang jalan besar, saya kembali dapat merasakan kenyataan pendidikan yang telah saya terima sejak kecil di Jepang yaitu untuk mematuhi peraturan lalu lintas.
   Saya melihat banyak anak-anak kecil yang berjalan di antara kendaraan. Mereka meminta - minta uang kepada para penumpang bemo yang sedang menunggu lampu merah. Ini adalah cara mereka untuk hidup. Di dalam kampus juga terlihat kemiskinan tersebut.Di dalam kampus, terdapat orang dewasa yang meminta-minta sambil menggandeng tangan anak kecil. Ketika saya tanyakan hal tersebut pada dosen di kampus, di antara mereka ada yang bukan merupakan orang tua dan anak sesungguhnya. Dan tidak mengherankan bila menemukan kenyataan bahwa anak-anak tersebut dipinjam dari beberapa keluarga. Semakin kecil anaknya, maka semakin mahal pula harga sewanya.
   Ketika melihat mereka, saya benar-benar merasakan secara nyata betapa parahnya kemiskinan di kota-kota besar. Kemudian, di dalam lingkungan pendidikan yang tertata rapi seperti di perguruan tinggi, saya pun melewati hari-hari dengan pikiran penuh tentang betapa pentingnya arti sebuah pendidikan. (Penulis: Morimoto Saki, "Sama-Sama Shimbun")
  

Posted by Japanology at 09:54Comments(3)